Sabtu, 24 Oktober 2009
Profil Usaha Warteg
Omset perbulan yang diperoleh pengelolah warteg sebesar Rp. 2.000.000 - Rp. 2.500.000. Pengeluaran harian rata-rata sebesar Rp. 400.000,00 yang digunakan untuk berbelanja bahan makanan, bumbu, serta bahan minuman. Setiap harinya pengelola warteg memperoleh pendapata reta-rata sebesar Rp. 550.000,00. Selain melayani konsumen perorangan, warteg tersebut jua melayani pesanan dalam jumlah banyak, atau biasa disebu catring. Walaupun pesanan tidak datang setiap hari, namun hal tersebut cukup mempengaruhi pendapatan warteg. Setiap bulannya, pengelolah mengeluarkan rata-rata Rp. 3.000.000 yang digunakan untuk gaji pegawai, biaya sewa tempat, listrik, dan lain-lain. Pekerja yang ada di warteg tersebut berjumlah 3 orang, dimana para pekerja tersebut masih memiliki ikata keluarge dengan pengelolah warteg. Banyaknya usaha sejenis di sekitar lokasi warteg, menyebabkan kurang potensialnya peluang usaha untuk bisnis yang sama.
Jumat, 16 Oktober 2009
Analisis Peluang Usaha Warung Internet
Usaha warnet di wilayah tersebut saya nilai mempunyai prospek yang baik. Ini dikarenakan adanya beberapa faktor sebagai pendukung usaha, yaitu adanya konsumen, letak yang stategis, serta belum adanya usaha sejenis. Konsumen yang diharapkan menggunakan jasa warnet adalah para pelajar di sekitar lokasi warnet. Pelajar dijadikan target konsumen karena di Lokasi tersebut terdapat 2 sekolah, selain itu juga terdapat beberapa lembaga pendidikan dan kursus. Letak yang strategis karena berada di dekat jalan raya, sekolah, lembaga pendidikan dan pemukiman penduduk, serta tersedianya fasilitas pendukung (contohnya : listrik) akan menjadi faktor penting terciptanya peluang usaha. Hal ini dikarenakan lokasi akan menentukan banyaknya konsumen yang datang untuk menggunakan jasa warnet. Belum adanya usaha warnet di wilayah tersebut, tentunya akan memberikan hal yang positif karena tidak adanya pesaing yang akan mengurangi banyaknya konsumen. Usaha warnet juga dapat diikuti dengan usaha lain, seperti penjualan pulsa, penjualan ATK, jasa foto copy, jasa printing, dan lain-lain.
SARJANA = PENGANGGURAN = BAWAHAN = PENGUSAHA
Dunia pendidikan di Indonesia dalam kondisi “bingung”, berkembang tapi tidak mempunyai saluran yang jelas. Pendidikan tinggi menjadi salah satu yang termasuk ke dalam kondisi “bingung”. Hal ini dibuktikan dengan fakta bahwa lebih banyak lulusan dari perguruan tinggi di
Kondisi yang cukup riskan memang bagi seorang Sarjana, dimana persaingan untuk menjadi seorang “bawahan” di dunia kerja sangatlah berat (lulusan > , lapangan pekerjaan ). Sehingga ada saja “kata-kata” yang diucapkan kepada seorang yang baru mendapat gelar sarjana, “SELAMAT DATANG DI DUNIA PENGANGGURAN”. Data menunjukkan bahwa angka pengangguran terbuka di
Mungkin sudah menjadi “budaya” di banyak perguruan tinggi “menciptakan” lulusan-lulusan yang secara tidak langsung disiapkan untuk menjadi bawahan. Banyak perguruan tinggi yang merasa bangga apabila lulusannya bekerja di perusahaan terkenal, sampai-sampai di setiap promosi disebutkan “Lulusan kami bekerja di perusahaan XYZ”. Walaupun di perusahaan bonafit dengan posisi manager, tetap saja mereka menjadi “bawahan”., Cuma dibedakan insentif yang diterima atas jabatan mereka. Apakah perguruan tinggi harus bangga menciptakan lulusan yang menjadi bawahan??
Paradigma dunia pendidikan tinggi seharusnya sudah seharusnya dirubah, bukan bangga mencipakan pengangguran ataupun bawahan, tetapi harus bangga dengan menciptakan sarjana yang penuh dengan ide-ide cemerlang (kreatif), gagasan yang memukau, pikiran-pikiran yang kritis dalam membaca peluang usaha. Kondisi Indonesia yang masih dalam kategori Negara berkembang sebenarnya mengharuskan institusi pendidikan “menyiapkan” banyak calon enterpreneurship, bukan menciptakan calon “bawahan” karena tidak sebandingnya lapangan pekerjaan dengan jumlah lulusan, apalagi menciptakan calon “penganguran”.
Peluang usaha sangatlah luas sepereti lautan, tidak seperti lapangan kerja. Sehingga tidak perlu dikhawatirkan kehabisan peluang usaha. Seperti ibarat takut kehabisan air minum di lautan, selama punya kemampuan maka air laut dapat diminum sehingga tak perlu risau akan dahaga.
Jadi, seharusnya perguruan tinggi tidak terlena dengan kalimat “Lulusan kami bekerja di perusahaan XYZ”, tapi seharusnya “Lulusan kami mendirikan usaha XYZ” atau “Lulusan kami menjadi pengusaha XYZ” atau “Lulusan kami menciptakan XYZ”. Bangga mana, Pengangguran? Bawahan? atau Pengusaha?..